Durian Merah
Hutan Kalimantan
tidak hanya terkenal sebagai salah satu paru-paru bumi. Tetapi hutan
Kalimantan juga menjadi tempat hidupnya aneka pohon yang langka dan
unik. Diantaranya adalah pohon-pohon buah-buahan yang eksotis.
Durian adalah salah satunya. Kita mengenal banyak jenis durian. Untuk
durian yang satu ini tidak ditemukan di daerah lainnya. Lahong adalah
durian berwarna merah. Lahong mempunyai duri yang panjang dan lebih
runcing dari pada durian biasa.
Daging buahnya tipis, dengan wangi yang khas, bijinya berkulit coklat kehitaman.
Masyarakat Kutai terkadang menjadikan buah Lahong ini sebagai campuran
makanan Bubur Kacang Hijau. Aroma buah Lahong yang khas akan menambah
sedap rasa Bubur Kacang Hijau.
Lahong termasuk tanaman langka.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah semakin banyaknya hutan Kalimantan
Timur yang ditebang untuk keperluan pertambangan dan perusahaan
pengolahan kayu, membuat pohon-pohon Lahong semakin tergusur dan menjadi
sedikit jumlahnya.
Dua durian berdaging merah kiriman Lutfi Bansir dari Bulungan,
Kalimantan Timur, itu berbeda dengan durian merah yang lazim dikenal
selama ini. Durian merah yang populer ialah durian anggang Durio
graveolens dan lahong Durio dulcis. Yang disebut pertama berdaging merah
atau jingga dan berkulit kuning sampai jingga. Ciri khasnya kulit buah
terbelah saat matang di pohon. Sedangkan lahong berkulit merah, merah
kecokelatan, hingga merah tua. Daging buah krem hingga kuning dan kulit
buah tak terbelah meski buah masak telah jatuh dari pohon.
Durian anggang dicicip Evy Syariefa, wartawan Trubus, saat eksplorasi ke
Kalimantan Timur pada awal 2002. Lai merah - sebutan durian anggang di
Kalimantan Timur - ukurannya sedikit lebih besar dari bola takraw dengan
bobot kurang dari 1 kg. Rasanya tak semanis durian D. zibethinus.
'Manisnya mirip jambu air. Daging buah relatif tipis dan aroma lembut
mirip aroma bawang putih,' kata Greg.
Sebaliknya lahong
beraroma sangat kuat mirip aroma aseton dengan rasa manis. Lahong tak
disukai sebagian orang lantaran aroma yang menyengat dapat membuat
pusing.
Turunan zibethinus
Durian daging merah asal
Bulungan itu istimewa karena memiliki sifat gabungan antara D.
graveolens dan D. zibethinus. Saat matang, warna kulit buah hijau
kekuningan, sama seperti D. zibethinus. Bobot buah 1 - 2 kg, jelas lebih
besar ketimbang D. graveolens. Aroma yang menguar juga aroma D.
zibethinus. Begitu dicicip, daging berwarna merah menyala yang mirip D.
graveolens itu pun menyimpan rasa dan tekstur mirip D. zibethinus: manis
legit dan lembut.
Greg menduga durian merah itu silangan alam
D. zibethinus dan D. graveolens. 'Perkiraan saya ini turunan ke-2 (F2,
red) lantaran sifat kulit buah dan biji didominasi D. zibethinus. Jika
turunan pertama biasanya sifat D. graveolens lebih dominan,' katanya.
Greg mengaku pernah mencicip durian serupa bernama durian tenom beauty
di Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Untuk menguji pendapat Greg,
kepada 2 pakar buah - Dr Ir Moh Reza Tirtawinata MS dari Taman Wisata
Mekarsari dan Sobir PhD dari Puat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT), IPB
- Trubus menyodorkan durian dari Lutfi. Keduanya sepakat, karakter buah
durian dari Bulungan itu gabungan durian dengan durian anggang. 'Agar
lebih yakin mesti diamati batang, daun, dan bunga secara keseluruhan,'
kata Sobir.
Menurut Lutfi ciri fisik pohon durian merah yang
berlokasi di Kabupaten Bulungan Raya itu mirip D. zibethinus daripada D.
graveolens. Tinggi pohon 20 m dengan diameter batang 1,2 m. Pada awal
Agustus 2009, terlihat 18 buah bergelantungan. Saat buah matang, tak ada
satu pun yang kulitnya membuka meski telah jatuh. 'Benar-benar mirip
durian. Tekstur kulit batangnya kasar dengan warna cokelat keputihan
persis D. zibethinus,' kata Lutfi.
Pohon itu ditemukan Lutfi
setelah menempuh 6 jam perjalanan darat dari Kota Bulungan dan 2 jam
perjalanan menyusuri sungai dengan ketinting - perahu kecil. Di sana
hanya ada satu pohon durian merah yang bersanding dengan duku dan asam
putar. Berjarak 30 meter dari situ, ada juga pohon D. zibethinus.
Dibawa hewan
Ukuran dan bentuk daun durian merah mirip daun D. zibethinus dengan
panjang 19,5 cm dan lebar 5,8 cm. Berbeda dengan daun D. graveolens yang
lebih membulat dengan panjang 10 - 26 cm dan lebar 4 - 10 cm. 'Warna
bunganya putih mirip bunga durian lokal kultivar berayut,' kata peneliti
dari Durian Research Centre, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Malang, itu.
Penelusuran Lutfi, sekitar 80 km dari lokasi
durian merah itu tumbuh durian anggang. Reza menduga buah hasil
penyerbukan dibawa manusia atau hewan ke lokasi durian merah itu.
Bijinya lalu tumbuh menjadi individu baru.
Menurut Drs Tahan
Uji, peneliti durian dari Herbarium Bogor, silangan alam itu bukan
spesies baru. 'Klaim spesies baru hanya bisa diberikan pada individu
yang memiliki karakter baru yang tidak dimiliki individu lain. Individu
dengan sifat intermediet (sifat antara atau perpaduan, red) tidak bisa
diklaim sebagai spesies baru,' tambahnya.
Silangan baru
Sejatinya perkawinan D. graveolens dan D. zibethinus tak hanya terjadi
di alam. Greg sudah mencoba menggabungkan sifat kedua individu itu
dengan menyilangkannya 22 tahun silam. Hasil silangan itu dapat dijumpai
di Bogor di halaman belakang rumah Dr Ir L Agus Sukamto MSc - peneliti
Herbarium, Bogor. Beruntung, awal Agustus lalu Trubus sempat mencicip
buahnya. Buah berkulit kuning cerah, mirip D. graveolens. Warna daging
buah sangat menarik, jingga cerah. Greg dan Agus menyebut hasil silangan
itu sebagai tarian.
Nama tarian dipilih merujuk pada kedua
induknya: tapon - sebutan D. graveolens di Kalimantan Tengah - dan
durian. Tarian beraroma wangi lembut dan teksturnya pulen lantaran kadar
air rendah. Meski tak semanis durian, tarian memiliki kadar gula lebih
tinggi daripada D. graveolens. 'Kemungkinan sifat itu akan semakin baik
pada F2 atau turunan ke-2,' kata Greg.
Munculnya durian-durian
berwarna yang rasanya enak itu sejalan dengan program Direktorat
Jenderal Hortikultura untuk mengembangkan durian multivarietas dari
berbagai daerah. 'Durian merah itu termasuk salah satu unggulan daerah
sehingga harus segera dilepas sebagai varietas dan dikembangkan,' kata
Ir Nana Laksana Ranu MS, direktur Perbenihan dan Sarana Produksi
Direktorat Jenderal Hortikultura.
Durian-durian unik itu pun
disambut baik Lim Fie Min, pengelola Resto Duren Harum di Jakarta.
'Secara visual menarik, apalagi bila rasanya lezat. Pasar tentu mudah
menerima,' ujar Lim. Selama ini durian berwarna tak masuk Jakarta karena
pasokan terbatas. Lim pernah meminta pasokan ke pengepul di Kalimantan
tapi ditolak karena populasi sedikit.
Menurut Lutfi durian
merah itu dulunya menjadi buah persembahan Raja Kerajaan Bulungan.
Belakangan D. zibethinus x D. graveolens itu selalu habis diborong warga
Malaysia yang tinggal tak jauh dari perbatasan. 'Kita baru temukan
karena akses jalan baru terbuka. Sebelumnya dipanen mania durian di
negeri jiran,' kata Lutfi. (Nesia Artdiyasa) Trubus.
sumber : http://www.facebook.com/media/set/?set=a.348598681860945.97818.167697523284396&type=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar